Menjadi Guru Teladan dan Menyenangkan di Era Digital

Sudahkah kita menjadi guru yang menyenangkan dan selalu dinanti kedatangannya di dalam kelas oleh murid-murid kita, sebuah pertanyaan yang bisa dijawab dengan baik, apabila kita sebagai seorang guru sudah selalu dinanti kedatangannya oleh murid. Bahkan ketika kita terlambat sedikit masuk kelas, murid mencari-cari keberadaan kita. Menjadi guru yang disukai murid memang bukan hal yang mudah apalagi di era digital seperti sekarang ini, murid kecanduan teknologi yang di sini membutuhkan pendampingan yang intensif dari Guru. Guru juga harus lebih pintar dan lebih canggih dari muridnya dengan mengikuti perkembangan teknologi yang ada.

Kita harus menjalin kedekatan yang intens terhadap murid, memberikan apresiasi terhadap murid, membangun komunikasi yang baik dengan murid, melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan aktif dan kreatif dan juga betul-betul memperhatikan muridnya, karena dengan hal tersebut anak- anak akan tersentuh dan senang. Pada hakekatnya manusia akan senang kalau diperhatikan apalagi murid. Kita tidak tahu terkadang murid di rumah ada masalah dengan keluarganya seperti anak-anak yang broken home yang mendapatkan kekerasan dari orang tua. Hal seperti itu dapat menyebabkan murid ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari guru. Melihat latar belakang seperti itu, kepedulian dan perhatian guru terhadap murid harus lebih ditingkatkan.

Penguasaan materi ajar ketika guru mengajar di dalam kelas juga harus diperhatikam. Murid menyukai guru yang smart, kreatif dan inovatif dengan menggabungkan antara metode pembelajaran luring dan daring berbasis digital. Murid di zaman sekarang lebih pintar daripada gurunya, mereka bisa mengakses berbagai macam materi pelajaran melalui perangkat Android yang dimilikinya hanya dalam genggaman tangan. Berbagai macam metode pembelajaran yang menyenangkan harus dipergunakan, begitupun dengan media pembelajarannya harus bervariatif dan mengikuti perkembangan yang ada. Murid lebih asyik menggunakan media sosial seperti Instagram, Tiktok, facebook, google classroom. Sebagai guru kita juga dituntut kreatif, agar apa yang menjadi kesukaan anak bisa kita gunakan untuk media pembelajaran, tentu hal ini akan membuat murid senang dan lebih ekspresif ke hal yang positif dalam penggunaan media sosial tersebut.
Sebagai pengganti orang tua murid saat di sekolah, sebagai guru hendaknya mengajar dengan hati yang tulus ikhlas. Pendampingan dan pengabdian untuk berbagi ilmu yang kita miliki kepada murid dengan dilandasi rasa menyayangi kepada murid, dengan begitu murid akan semangat dalam belajar karena merasa sangat diperhatikan oleh gurunya. Di samping itu, guru juga harus selalu ramah kepada siswanya, menyapa siswa terlebih dahulu, dengan begitu siswa akan sangat senang sekali dan tidak akan canggung ketika mengikuti pembelajaran di dalam kelas, Sebagai guru kita harus paham latar belakang dan kondisi siswa yang sangat beragam dengan kemampuan yang berbeda-beda sehingga sikap murah hati kepada murid harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan kesabaran yang penuh kita juga harus membimbing murid yang masuk dalam grade bawah yakni murid yang kemampuan pemahaman materi pelajarannya masih kurang. Guru perlu membantu dan mendampingi murid pada saat mengalami kesulitan belajar.

Konsep Trilogi yang dijadikan panutan dalam pendidikan di Indonesia yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti seorang pendidik yang berada di depan hendaknya menjadi contoh atau suri tauladan baik. Sung dalam bahasa Jawa berarti menjadi. Ing Madya artinya di tengah-tengah, Mangun artinya membangkitkan atau menggugah, dan Karsa artinya kemauan atau niat. Ing Madya Mangun Karsa artinya seseorang di tengah harus juga mampu melibatkan diri membangkitkan semangat. Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang. Handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat sehingga memiliki arti seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Pendidik harus mampu memberi kemerdekaan kepada peserta didik dengan perhatian sepenuhnya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan. Dalam filsofofi jawa dikatakan bahwa guru merupakan akronim dari kata digugu (diyakini) dan ditiru (dicontoh). Segala perkataan dan tindakan guru akan selalu menjadi pusat perhatian siswa, dan entah disadari atau tidak semua yang dilakukan guru akan mudah ditiru oleh murid. Demikian dahsyatnya pengaruh seorang guru. Oleh karena itu, sebagai guru harus senantiasa menjaga kontemplasi diri atas segala hal yang telah diperbuat. Jangan pernah berbuat dan berperilaku buruk, karena kita akan menjadi potret yang akan ditiru oleh murid-murid. Niat menjadi guru sebagai teladan bukanlah sesuatu yang mustahil, akan tetapi sebuah kewajiban. Niat baik menjadi penerang langkah hati kita sebagai guru dan pendorong semangat murid. Kita harus yakin dalam diri kita dan segala gerak langkah kita bahwa kita akan menjadi teladan bagi siswa dan lingkungan kerja. Menjadi guru teladan memang bukan sesuatu hal yang mudah karena secara manusiawi kita pasti memiliki kekhilafan. Akan tetapi yang penting kita lakukan yaitu kejujuran untuk mengakui kesalahan kita dan berupaya untuk memperbaikinya.

Menjadi guru yang menyenangkan dan teladan di era digital ini adalah suatu keharusan, dikarenakan kita sebagai guru adalah mendidik aset bangsa yang nanti setelah lulus mereka adalah generasi penerus bangsa yang mengisi pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Ari)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top